by Damasjano
Pulau Sumba menjadi salah satu pulau yang dekat dari Pulau Bali dengan perjalanan satu jam saja. Bentang alam yang indah dan pantainya yang memukau membuat wisatawan asing dan domestik memilih Pulau Sumba sebagai destinasi. Dibalik memukaunya destinasi wisata, penduduk setempat masih mempraktikan agama dan ritual nenek moyang mereka yang pertama kali muncul lebih dari 4.500 tahun lalu. Salah satu tradisi yang masih dipegang adalah Festival Pasola atau upacara ritual perang kuno.
Meskipun Sumba diidentifikasi selama berabad-abad sebagai sumber cendana, budak, suku kanibal, dan kuda. Festival Pasola telah membantu mengubah persepsi orang dan memberikan popularitas pulau itu. Istilah Pasola berasal dari kata “sula”, yang pada dasarnya menggambarkan tombak kayu panjang dalam bahasa lokal. Dimainkan oleh orang Sumba barat di Lamboya dan Kodi, dua kelompok lawan yang terdiri dari sekitar 50 orang dari desa yang berbeda, klan dan suku melemparkan tombak kayu ke arah lawan mereka sambil menunggang kuda.
Awalnya para peserta menunggang kuda saling bertarung, sambil mencoba untuk memukul saingan mereka dengan lembing pasol dan menghindari serangan lawan. Tujuan dari upacara ini adalah menumpahkan darah ke tanah sebagai cara berterima kasih kepada nenek moyang atas panen yang sukses dan memastikan panen padi yang makmur. Namun, ritual berubah dari waktu ke waktu, yaitu ujung tombak sekarang tumpul dan ujung logamnya dihilangkan.
Puncak festival dimulai beberapa hari setelah bulan purnama. Itu bertepatan dengan kedatangan tahunan Nyale-cacing laut multiwarna- mereka menandai dimulainya festival. Namun, Rato menentukan tanggal pasti upacara. Rato adalah seorang pemimpin imam tradisional, yang mengumumkan hari dua minggu sebelum dimulainya.
Bisa mengintip keseruan dari Festival Pasola Sumba :